Maukah Engkau Menukar Nikmat?

Salahsatu buku yang sedang saya baca di minggu ini berjudul "How to Enjoy Your Life and Your Job" karangan dari Dale Carnegie. Salah satu bab yang menarik bagi saya adalah bab yang berjudul "Would you take a million dollars for what you have? (Maukah Engkau menukar satu juta dolar dengan apa yang kamu miliki?). Sejenak saat membaca judul tersebut saya langsung merenung dan mencoba untuk memikirkan serta membayangkan apa saja yang telah saya miliki pada saat ini. Dan ternyataa banyak sekali yang tanpa saya sadari nikmat yang telah dimiliki dan saya tidak akan pernah bisa menghitungnya. 

Namun, mengapa walaupun kita sudah diberikan nikmat yang luar biasa oleh Allah, tetap saja selalu ada celah ketidakbahagian yang salahsatunya karena adanya kekhawatiran dalam diri. Kita khawatir dengan sesuatu yang tidak pasti, sesuatu yang tidak bisa kita diprediksi, sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Saya tiba-tiba menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang sangat lemah, tidak stabil dan cenderung goyah karena kekhawatirannya tersebut. Ketika diranah abu-abu, kita khawatir dengan langkah apa yang harus kita ambil dan jalan mana yang kita tuju agar kita bisa selamat dan mencapai apa yang menjadi tujuan kita. 

Pernahkan kita bertanya kepada diri kita sendiri "Apa sih yang sedang kita khawatirkan saat ini dan di detik ini? Jangan-jangan apa yang sedang kita khawatirkan saat ini merupakan sesuatu yang tidak penting dan sebetulnya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap kualitas hidup kita. Bisa jadi kita terlalu overwhelmed dengan pikiran kita sendiri dan menjadi tidak bahagia, padahal masalah yang menjadi kekhawatiran tersebut bisa jadi tidak sebesar dengan apa yang dibayangkan oleh kita. 

Salahsatu isi dalam buku tersebut menuliskan seperti ini: "Sekitar sembilan puluh persen hal yang terjadi pada hidup kita adalah benar dan sekitar sepuluh persennya adalah salah. Jika kita ingin bahagia, maka hal yang dapat kita lakukan adalah berkonsentrasi pada sembilan puluh persen hal tersebut dan mengabaikan sepuluh persen yang salah" 

Dari penjelasan tersebut, akar dari kekhawatiran tersebut adalah kita yang terlalu fokus terhadap hal yang salah, terutama terhadap hal yang belum kita miliki saat ini, sampai-sampai kita melupakan hal apa saja yang ada dan telah kita miliki. Kita terlalu fokus terhadap sepuluh persen tersebut hingga lupa sembilan puluh persennya yang sedang terjadi pada hidup kita saat ini, dimana hal yang sangat harus kita syukuri. Sepuluh persen nya bisa jadi merupakan suatu ruang ujian, Apakah kita akan fokus terhadap nikmat atau fokus terhadap apa yang belum kita miliki?. 

Apapun kondisi kita yang terjadi pada saat ini, sebagai muslim kita harus yakin apa yang sedang terjadi merupakan ketetapan dari Allah yang terbaik, tidak mungkin Allah memberikan yang buruk, karena Allah memiliki sifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang kepada hambanya, Ia adalah perencana terbaik dan tidak ada satupun yang terjadi di dunia ini tanpa seizin dari Allah. 

Bisa jadi kekhawatiran atas suatu hal terjadi karena kita menyandarkan solusi atas permasalahan hidup terhadap sesuatu yang tidak pasti, sesuatu yang tidak stabil yang sifatnya sama dengan diri kita. Seringnya kita menyandarkan solusi dari masalah kepada manusia itu sendiri, baik kepada diri kita sendiri ataupun kepada orang-orang yang ada disekitar kita. Padahal, kita perlu sandaran yang sangat kuat, yang kokoh,  yaitu kita perlu bersandar kepada Allah, berhusnudzon dengan segala ketetapannya dan bersyukur dengan apa-apa yang telah diberikannya. Manusia adalah perantara atas solusi, namun yang memiliki kuasa untuk menggerakka  manusia itu sendiri adalah Allah, sehingga sudah sepatutnya kita hanya bersandar kepada Allah semata. 

Kita terlahir dengan sempurna, kita memiliki mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, tangan dan kaki untuk bergerak, keluarga yang mencintai kita,  pasangan dan anak-anak yang menjadi belahan jiwa, teman dan sahabat yang baik, makanan yang lezat, udara bersih, dsb. Maukah kita menukar nikmat tersebut? 

Jawabannya, pasti kita tidak mau! kita tidak akan pernah mau menukar salahsatu hal tersebut dengan jutaan dolar, bahkan dengan apapun yang ada di dunia. 

Namun terkadang kita tidak bisa mengapresiasi dengan apa yang telah kita miliki karena kita terlalu khawatir dengan apa yang belum kita miliki, hal yang belum kita capai yang berujung pada kita merasa menjadi seseorang yang tidak beruntung ada didunia, sampai-sampai kita tidak bahagia dan tidak tenang dalam menjalani hidup ini. Salah satu ayat Al-Quran bahkan menjelaskan mengenai fenomena ini: 

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim:7)

Jika kita ingin hidup bahagia, salahsatunya adalah dengan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, bukan fokus menghitung terhadap apapun yang tidak ataupun belum kita miliki, karena Allah sudah berjanji semakin kita bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmat yang banyak. 

Wallahu'alam bis shawab, semoga refleksi singkat ini bisa bermanfaat bagi kita semua bahwa nikmat apapun yang kita miliki saat ini harus kita apresiasi dan bersyukur atas nikmat tersebut.

Nuryanti Dewi Jayanti
Hi, welcome to my blog! I'm Nur, this is my personal blog about lifestyle. I hope you enjoy to read my post :)

Related Posts

7 comments

  1. Setuju..fokus ke yg sudah kita miliki..karena kuncinya memang ada pada rasa syukur..apalagi manusia memang tidak akan ada rasa puas ya mba

    ReplyDelete
  2. Bener banget mbak, kita terlalu fokus dengan apa yg belum kita miliki sampai lupa apa yg sudah kita miliki.. Kuncinya syukur

    ReplyDelete
  3. Byk bersyukur agar tdk kufur ya mba, nice reminder mba

    ReplyDelete
  4. jazakillah khayr reminder nya mbak, semoga kita semua termasuk orang2 yg selalu bersyukur 💛

    ReplyDelete
  5. Bersyukur dengan apa yang kita miliki jadi kunci kesuksesan kebahagiaan ya.

    ReplyDelete
  6. Disaat lagi menunggu yang belum ada dan selalu kecewa ternyata belum ada, rasa bersyukur dengan yang ada membuat hati lebih tenang. makasih mba sdh membuat tenang..

    ReplyDelete

Post a Comment